Modal Menjadi Jurnalis Musik

Modal Menulis Musik
ilustrasi foto| © youtube

Menulis tentang musik itu mudah. Jadi jangan percaya kepada siapapun yang mengatakan bahwa menulis musik dan jurnalisme musik adalah sesuatu yang mustahil. Siapapun yang beranggapan menulis musik seperti menari untuk arsitektur, mereka sedang menilai keterampilan menulisnya terlalu tinggi.

Banyaknya zine, webzine, blog, website maupun majalah profesional tentang musik menunjukan menulis musik itu mudah. Tak banyak yang dibutuhkan. Kamu cukup menjadi pecinta musik, penggemar beberapa kelompok musik, maka kamu akan fasih menuliskan cerita tentang melodi gitar yang menyayat hati maupun lengkingan suara sang vokalis yang membuat bulu kuduk berdiri.

Jika kamu rajin membaca majalah Rolling Stone, NME, Melody Maker, kamu bisa memperkaya tulisan dengan ragam tarikh dari band-band kesukaan kamu, lengkap dengan kata-kata bijak dari vokalis band atau memasukan gosip sebagai bumbu penghangat.

Lantas jika kamu punya keberuntungan berlebih untuk mecicipi sekolah musik, kamu bisa memasukan istilah-istilah musik semacam drum pattern, syncopated dalam tulisanmu. Itu akan membuat kamu terlihat sebagai penulis musik yang benar-benar bermain musik.

Jika kamu senang membaca hal-hal lain seperti sosial budaya, politik. Itu bagus. Tulisan kamu akan sangat kaya dan bisa mengaitkan musik dengan isu-isu tersebut. Musik sebagai hasil dari budaya sedikit banyak akan berhubungan dengan nilai kehidupan yang terjadi sekarang atau masa lalu.

Baca: Musik Sebagai Bahan Menulis

Berbicara jurnalisme musik sama seperti jurnalisme lainnya. Ia punya tugas mulia untuk melakukan kritik sosial, melakukan dekonstruksi. Ia harus hadir sebagai hakim yang  menempatkan musisi dan karya musiknya sesuai dengan porsinya. Namun jurnalisme musik masih jauh dari harapan. Seperti yang dikatakan Gudmondson bahwa jurnalis musik adalah fans yang tercerahkan (enlightened fans). Maka dari itu ulasan musik mereka cenderung dipenuhi sanjung puji.

Untuk tahap tertentu, tulisan tersebut bisa dikatakan sebuah apresiasi baik. Namun sifatnya hanya sebagai hiburan. Tak akan pernah mampu mengedukasi pendengar musik ke ranah apreasiasi yang lebih baik. Hal ini mengingatkan akan perkataan Frank Zappa bahwa kebanyakan jurnalis musik adalah orang-orang yang tak cakap menulis, mewawancarai musisi yang tak dapat beropini, untuk pembaca yang tak mengerti musik. Singkat kata menulis musik itu adalah persoalan omong kosong yang dibicarakan.

Lantas apa yang harus dilakukan agar menulis musik tak jadi omong kosong belaka? Penulis tentang musik harus mulai banyak membaca. Buka pandangan bahwa menulis musik tak hanya hanya soal aransemen, lirik lagu dan artisnya saja. Cobalah untuk melakukan riset dan melihat dari sudut pandang yang lebih jauh. Bagaimana musik sebagai sebuah peristiwa budaya yang melibatkan banyak aspek mulai dari sejarah kemunculannya, pelaku musik, kebijakan publik hingga teknologi yang digunakan untuk bermusik. Jika mampu menangkap dan meramu itu semua, maka tulisan musik akan lebih bermakna dan berfaedah.

Menulis tentang musik banyak macamnya. Jika mengacu pada buku “How To Write About Music” (2015) yang cukup komprehensif tentang menulis musik menyebutkan ada 12 jenis/tipe penulisan musik, yaitu:

  1. Album review

Bentuk tulisan yang lazim ditemui. Tulisan yang membahas karya musik dari suatu musisi. Cakupan tulisan bisa sangat luas, dimulai dari lirik lagu, inspirasi lagu, desain cover album, aransemen, genre musik. Terkadang bisa merembet ke ranah sosial politik, budaya maupun hal-hal yang secara tersirat dari album tersebut.

  1. Live review

Salah satu bentuk tulisan yang lazim dibaca. Tulisan ini membahas pengalaman seseorang menyaksikan konser/penampilan musisi. Aspek yang biasa diangkat mulai dari aksi panggung, suasana konser. Penulis perlu bersiasat agar tulisannya tidak jatuh sebagai laporan konser yang garing. Perlu kejelian menangkap hal-hal menarik selama konser berlangsung.

  1. Track-by-track

Tak jauh berbeda dengan tulisan album review. Bentuk tulisan ini lebih mendalam mengupas satu lagu ke lagu lainnya dari satu album. Perlu pengetahuan berlebih akan konteks yang lebih komprehensif mengenai pembacaan lirik dan konteks album.

  1. Analysis

Tak mudah menemukan tulisan ini di majalah atau koran. Penulis memerlukan wawasan luas dan mengaitkan fenomena musik dengan konteks-konteks diluarnya. Musik bukan hanya melulu soal lirik yang lirih, petikan yang menyahat hati, tapi musik erat kaitannya dengan peristiwa budaya, sosial politik. Menulis musik itu artinya kita sedang menulis tentang manusia.

  1. Artist interview

Salah satu bentuk tulisan yang paling mudah ditemui. Saking mudahnya saya terkadang merasa mual. Dalam bentuk ini penulis kadang terjebak dengan data dan fakta dari si artis, hingga luput memunculkan sisi personal yang lebih menarik untuk diangkat. Kunci dari bentuk tulisan ini diperlukan teknik wawancara yang baik agar artis dapat mengeluarkan sisi personalnya.

  1. Personal essay

Bentuk tulisan yang menggali pengalaman personal si penulis. Penulis harus mampu mengeluarkan perspektif atau opini akan fenomena musik. Karena sifatnya yang personal maka tulisan ini menonjolkan sisi subjektivitas dari si penulis dalam tulisannya.

  1. Blog piece

Dalam penulisan bentuk blog piece, penulis bisa bertutur tentang apapun soal musik. Gaya penulisan lebih personal, subjektif dan tanpa adanya editorial. Misalnya menuliskan pengalaman menonton konser band idola, menuliskan lima album yang layak didengarkan atau lima lagu terbaik sepanjang masa.

  1. Artist profile

Bisa dikatakan tulisan ini sifatnya mini biografi yang menyoroti perjalanan karir seorang musisi. Dalam bentuk tulisan seperti ini diperlukan pendalaman data dan fakta historis untuk mengangkat sisi humanisme dari si musisi.

  1. Alternative

Kini informasi mengenai musik bisa didapat tidak hanya dalam bentuk tulisan. Ragam informasi musik hadir lebih bevariasi dan berwarna. Bisa berbetuk bentuk visual yang secara pandangan lebih menarik, seperti infografis, fotografi, komik, vlog.

  1. How it sounds

Tulisan yang lebih banyak menggali sisi teknis dari musik. Bentuk ini banyak memberikan informasi mengenai instrumen atau teknologi perekaman musik. Sang penulis memerlukan pengethaun akan teknologi dan teknis-teknis sound system.

  1. Music scenes

Bentuk tulisan yang menyoroti wacana sosial dalam sebuah musik. Tulisan ini tak semerta menyoroti sebuah musisi atau band. Lebih dari itu, ia menyoroti isu sosial yang berkembang dalam sebuah kelompok musik.

  1. Cultural criticsm

Dari bentuknya saja sudah jelas terlihat, bahwa tulisan ini berupa kritik musik. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih jauh akan karya musik. Musik tak hanya soal baik atau buruk. Lewat tulisan ini dapat memberikan pemahaman kepada khalayak bahwa musik dapat memberikan makna.

Sebelumnya sudah saya katakan modal awal menulis tentang musik adalah menjadi pecinta musik. Lalu langkah berikutnya adalah lebih banyak membaca dan mendengarkan berbagai musik lintas waktu. Sebab bagaimanapun wawasan hasil bacaan dari buku sejarah, antropologi, politik akan membuat tulisan tentang musik lebih renyah.

Hal lain yang dirasa penting dari menulis musik adalah sisi subjektivitas penulis. Pengalaman dan pemahaman penulis dalam melihat musik dapat menciptakan pengalaman unik dari tulisannya. Maka dengan kadar yang tepat tulisan tersebut akan menjadi citarasa yang menggugah lidah.

Maka bisa dikatakan pekerjaan menulis musik adalah pekerjaan para intelektual publik. Ia harus mampu menyederhanakan fenomena musik agar mudah dipahami oleh publik.

Referensi

  • Workshop penulisan musik pertemuan kedua bersama Idhar Resmadi
  • Taufiq Rahman, “Lokasi Tidak Ditemukan: Mencari Rock N Roll Sampai 15.000 Kilometer” (Elevation Book 2016)
  • How To Write About Music (Bloomsburry, 2015)

 

One thought on “Modal Menjadi Jurnalis Musik

Leave a comment